Selasa, 5 Oktober 2010

Kenapa Wanita Menangis?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya.

"Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan
memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."

Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu
menangis?, Ibu menangis tanpa sebab yang jelas". sang ayah
menjawab, "Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan". Hanya
itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.

Sampai kemudian si anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap
bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Hingga pada suatu malam,
ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa wanita
mudah sekali menangis?"

Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan
wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya,
agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga
bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi
yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan
bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali ia menerima cerca dari
anaknya itu. Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap
bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.

Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau
letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai
semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali
anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula
yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk
menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat
didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui
masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukannya
tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak
terkoyak.


Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan
pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak
pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu
akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar
tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.


Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan

perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat
digunakan bila pun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang
dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata
kehidupan".